cathetan wong qenthir

Kenthir dalam terminalogi Jawa berarti gila, tapi tidak berarti kengawuran. Namun, kengawuran pada tingkat tertentu bisa jadi adalah kegilaan. Kenthir adalah antisosial, sesuatu yang bisa dikatakan berlawanan dengan pakem atau norma yang berlaku dimasyarakat. Tapi apabila kita melihat situasi saat ini, kita melihat suatu kenyataan bahwa ternyata lebih banyak orang yang melawan norma yang berlaku, apakah dapat dikatakan masyarakat mulai dihinggapi problem “syndrome kenthir”?. Kalau lebih banyak yang kenthir, apakah perlu dibuatkan norma-norma baru, sehingga untuk yang mengikuti norma lama yang kita dianggap kenthir?. Kenthir saat ini kita anggap waras, sedangkan yang waras kita anggap kenthir?. Mayoritas mengalahkan minoritas. Bukankah demikian?

Kenthir berarti berlaku bebas, karena tidak banyak aturan yang diikuti. Permakluman akan diberikan karena apabila orang melihat kekenthiran, yang berlaku dibenak mereka “Maklumlah orang gila”. Tidak ada ikatan yang membatasi gerak, mereka akan berpikir dan bertindak sesuai dengan pikirannya yang bebas dan intuisi yang hanya bisa dikendalikan oleh oleh diri sendiri. Mereka tidak mempunyai komunitas yang bisa berjalan searah, karena mereka adalah diri mereka sendiri. Problema adalah sesuatu yang nisbi, problem dianggap sebagai sisa makanan yang terselip disela-sela gigi, cukup di sentil dengan tusuk gigi. Problem selesai.

Kekenthiran membuat pelakunya menjalani kebahagiaan sejati, karena ketidakbahagiaan adalah kebahagiaan yang hanya tertetes setitik tinta, yang akan mudah terhapus oleh waktu. Tanpa dia melakukan apapun untuk menghapusnya. Begitu indahnya menjadi orang kenthir. Kebahagiaan sejati tanpa susah payah dia untuk merengkuhnya. Ah, jika saja saya bisa seperti itu, akan aku lakukan apapun untuk menjadi seperti itu. Menjadi orang kenthir sejati.

Salam.